visitor

free counters

Selasa, 27 Maret 2012

Bahaya Ghibah, Gossip Dan Ngerumpi

Bahaya Ghibah, Gossip Dan Ngerumpi





Jika terjebak dalam situasi ghibah, ingatkanlah mereka akan  kesalahannya. Jika tak mampu, setidaknya anda diam dan tak menanggapi  ghibah tersebut. Atau anda memilih hengkang dan ‘menyelamatkan diri’.

Menggosip  adalah tindakan yang paling dibenci Allah. Tapi celakanya, kebiasaan  ini justru disukai banyak orang, baik di kantor, ditempat kerja atau  bahkan di rumah. Terurama kalangan ibu-ibu

Banyak hal yang  bergeser dan berubah dengan hadirnya pesawat televisi ke rumah kita,  terutama yang berkaitan dengan budaya dan akhlak. Salah satu yang jelas  terlihat yaitu pergeseran makna bergunjing atau menggosip.

Menggosip  adalah tindakan yang kurang terpuji yang celakanya, kebiasaan ini  seringkali dilekatkan pada sifat kaum wanita. Dulu, orang akan  tersinggung jika dikatakan tukang gosip. Seseorang yang ketahuan sedang  menggosip biasanya merasa malu. Namun, sekarang kesan buruk tentang  menggosip mungkin sudah mengalami pergeseran.

Beberapa  acara informasi kehidupan para artis atau selebritis yang dikemas dalam  bentuk paket hiburan atau infotainment dengan jelas-jelas menyebut kata  gosip sebagi bagian dari nama acaranya. Bahkan pada salah satu dari  acara tersebut pembawa acaranya menyebut dirinya atau menyapa  pemirsannya dengan istilah “biang gosip”. Mereka dengan bangganya  mengaku sebagai tukang gosip.

Saat ini hampir di setiap stasiun  televisi memiliki paket acara seperti di atas. Bahkan satu stasiun ada  yang memiliki lebih dari satu paket acara infotainment tersebut, dengan  jadwal tayangan ada yang mendapat porsi tiga kali seminggu. Hampir semua  isi acara sejenis itu, isinya adalah menyingkap kehidupan pribadi para  selebritis. Walhasil, pemirsa akan mengenal betul seluk beluk kehidupan  para artis, seolah diajak masuk ke dalam rumah bahkan kamar tidur para  artis..

Sepintas acara ini terkesan menghibur. Seorang ibu yang  kelelahan setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya mungkin akan  terasa terhibur dengan sajian-sajian sisi-sisi kehidupan pribadi  orang-orang terkenal. Apalagi kemasan acara yang semakin bervariasi ada  yang diselingi nyanyi, wawancara langsung dengan artis, daftar hari  ulang tahun para selebritis, dll. Namun jika kita cermati lebih jauh,  isinya kurang lebih adalah menggosip atau bergunjing.

Sejak awal  tahun 2002 ditandai dengan banyaknya artis yang pisah ranjang dan  bercerai. Peristiwa-peristiwa semacam ini merupakan sasaran empuk bagi  penyaji hiburan semacam ini. Pemirsa disuguhi sajian informasi yang  sarat dengan pergunjingan. Masing-masing pihak merasa benar dan tentu  saja menyalahkan pihak lainnya.

Menggosip yang merupakan tindakan  buruk, bisa tidak terasa lagi memiliki konotasi buruk jika  terus-menerus disosialisasikan dengan paket menarik pada televisi.  Menggosip akan terasa sebagai tindakan biasa dan lumrah dilakukan.  Menceritakan aib orang lain menjadi sesuatu yang tanpa beban kita  lakukan. Padahal jika kita cermati makna gosip -yang sama dengan ghibah-  barangkali kita akan merasa ngeri.

Ghibah dalam Islam

Ghibah  atau gosip merupakan sesuatu yang dilarang agama. “Apakah ghibah itu?”  Tanya seorang sahabat pada Rasulullah SAW. “Ghibah adalah memberitahu  kejelekan orang lain!” jawab Rasul. “Kalau keadaaannya memang benar?”  Tanya sahabat lagi. “ Jika benar itulah ghibah, jika tidak benar itulah  dusta!” tegas Rasulullah. Percakapan tersebut diambil dari HR Abu  Hurairah.

Dalam Al Qur’an (QS 49:12), orang yang suka menggibah  diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Jabir bin  Abdullah ra. Meriwayatkan “ Ketika kami bersama Rasulullah SAW.  Tiba-tiba tercium bau busuk yang menyengat seperti bau bangkai maka  Rasul pun bersabda, “Tahukah kalian, bau apakah ini? Inilah bau dari  orang-orang yang meng-ghibah orang lain”. (HR Ahmad)

Dalam hadits  lain dikisahkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Pada malam Isra’  mi’raj, aku melewati suatu kaum yang berkuku tajam yang terbuat dari  tembaga. Mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka sendiri. Lalu aku  bertanya pada Jibril” Siapa merka?” Jibril menjawab, “Mereka itu suka  memakan daging manusia, suka membicarakan dan menjelekkan orang lain,  mereka inilah orang-orang yang gemar akan ghibah!” (dari Abu Daud yang  berasal dari Anas bin Malik ra).

Begitulah Allah mengibaratkan  orang yang suka menggibah dengan perumpamaan yang sangat buruk untuk  menjelaskan kepada manusia, betapa buruknya tindakan ghibah.

Banyak  kesempatan bagi ibu-ibu untuk menggosip. Pada saat berbelanja  mengelilingi gerobak tukang sayur, menyuapi anak di halaman, pada acara  arisan atau kumpulan ibu-ibu. Menggibah kadang mendapat pembenaran  dengan dalih, “Ini fakta, untuk diambil pelajarannya!”. Padahal di balik  itu kurang lebih mungkin lebh banyak factor ghibahnya daripada  pelajarannya.

Benarkah orang cenderung suka mengghibah, bahkan  terkesan menikmati kebiasaan seperti ini? Menurut seorang pengasuh  konsultasi keluarga pada sebuah media cetak, mengatakan rahasia mengapa  rubriknya tetap disukai pembaca selama puluhan tahun. Katanya, pada diri  manusia itu cenderung terdapat sifat suka menggunjingkan orang lain.  Orang cenderung ingin tahu masalah yang terjadi pada orang lain. Dengan  demikian ia akan merasa beruntung tidak seperti orang lain atau tidak  dirinya saja yang menderita. Karena umumnya surat yang datang untuk  berkonsultasi adalah mereka yang memiliki masalah.

Jika demikian  kebanyakan sifat dari manusia, tentunya kita harus sering melakukan  istighfar. Syaitan dengan mudahnya mempengaruhi kebanyakan hati kita  sehingga mungkin kita tengah menumpuk dosa akibat pergunjingan.

Setiap  orang mempunyai harga diri yang harus dihormati. Membuat malu seseorang  adalah perbuatan dosa. “Tiada seseorang yang menutupi cacat seseorang  di dunia, melainkan kelak di hari kiamat Allah pasti akan menutupi  cacatnya” (HR. Muslim).

Sosialisasi pergunjingan di televisi  bagaimanapun harus dihindari. Jangan sampai kita merasa tidak berdosa  melakukannya. Bahkan merasa terhibur dengan informasi semacam itu. Kita  mesti berhati-hati. Bahaya ghibah harus senantiasa ditanamkan agar kita  senantiasa sadar akan bahayanya. Benar kiranya jika dikatakan bahwa dulu  orang tinggal di dalam rumah karena menghindari bahaya dari luar. Kini  bahaya justru berasal dari dalam rumah sendiri yaitu dengan hadirnya  acara yang menurunkan kualitas iman di televisi.

Tips Menghindar  Diri Dari Ghibah

Penyakit yang satu ini begitu mudahnya  terjangkit pada diri seseorang. Bisa datang melalui televisi, bisa pula  melalui kegiatan arisan, berbagai pertemuan, sekedar obrolan di warung  belanjaan, bahkan melalui pengajian. Untuk menghindarinya juga tak  begitu mudah, mengharuskan kita ekstra hati-hati

1. Berbicara  Sambil Berfikir

Cobalah untuk berpikir sebelum berbicara,  ‘perlukah saya mengatakan hal ini?’ dan kembangkan menjadi, ‘apa  manfaatnya ? Apa mudharatnya?’. Berarti, otak harus senantiasa  digunakan, dalam keadaan sesantai apapun. Seperti Rasulullah saw, yang  biasanya memberi jeda sesaat untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan  orang.

2. Berbicara Sambil Berzikir

Berzikir di sini  maksudnya selalu menghadirkan ingatan kita kepada Allah SWT. Ingatlah  betapa buruknya ancaman dan kebencian Allah kepada orang yang  ber-ghibah. Bawalah ingatan ini pada saat berbicara dengan siapa saja,  dimana saja dan kapan saja.

3. Tingkatkan rasa Percaya Diri

Orang  yang tidak percaya diri, suka mengikut saja perbuatan orang lain,  sehingga ia mudah terseret perbuatan ghibah temannya. Bahkan ia pun  berpotensi menyebabkan ghibah, karena tak memiliki kebanggaan terhadap  dirinya sendiri sehingga lebih senang memperhatikan, membicarakan dan  menilai orang lain

4. Buang Penyakit Hati

Kebanyakan  ghibah tumbuh karena didasari rasa iri dan benci, juga ketidakikhlasan  menerima kenyataan bahwa orang lain lebih berhasil atau lebih beruntung  daripada kita. Dan kalau dirinya kurang beruntung, diapun senang  menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih sengsara daripaad  dirinya.

5. Posisikan Diri

Ketika sedang membicarakan  keburukan orang lain, segera bayangkan bagaimana perasaan kita jika  keburukan kita pun dibicarakan orang. Seperti hadis yang menjanjikan  bahwa Allah akan menutupi cacat kita sepanjang kita tidak membuka cacat  orang lain, sebaliknya tak perlu heran jika Allah pun akan membuka cacat  kita di depan orang lain jika kita membuka ` cacat orang.

6.  Hindari, ingatkan, diam atau pergi

Hindarilah segala sesuatu yang  mendekatkan kita pada ghibah. Seperti acara-acara bernuansa ghibah di  televisi dan radio. Juga berita-berita koran dan majalah yang  membicarakan kejelekan orang.

Jika terjebak dalam situasi ghibah,  ingatkanlah mereka akan kesalahannya. Jika tak mampu, setidaknya anda  diam dan tak menanggapi ghibah tersebut. Atau anda memilih hengkang dan  ‘menyelamatkan diri’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar